Sabtu, 26 November 2011

Dana's Dad Story

Oleh-oleh menginap di Wisma Ratu Cimande,

Pertemuan dengan opsir Belanda

Sore itu Jumat, aku bergegas ingin segera berangkat karena telah janji dengan Bowo untuk jalan bareng ke Cimande jam 5 sore. Teks pidato GH telah selesai, lalu aku shalat ashar tidak lebih dari 5 menit.

Perjalanan melelahkan karena jalan penuh mobil. Antrian tidak hentinya walaupun Bowo telah melewati jalan tikus Kebayoran tembus Mampang Prapatan yang sangat dikuasainya lahir batin. Untung aku tinggal duduk manis disebelahnya dan Bowo ibarat naik motor bebek tinggal injek gas rem aja, karena kebiasaanku adalah pake injek kopling segala.

Lepas macet baru setelah Cibubur, langsung tancep gas menyebabkan badanku kedinginan karena AC nya kayak puncak Merbabu. Untung dia pengertian diangetin dikit, nah mendingan deh ujung daun kupingku tidak beku lagi. Di Sentul aku menikmati masakan Sunda, Bowo pesen cendol, aku pesen jus stroberi. Cendol kan untuk siang hari, agak aneh pikirku diudara yang dingin itu Bowo makan cendol pakai es dengan nikmatnya.

GPS nya pinter nunjukin ancer-ancer lokasi Hotel Wisma Ratu yang telah dipesan sebelumnya oleh istri Bowo tercinta. Mobil belok kiri sebelum talang air, jalannya pas banget lebar mobil, belum lagi ojek yang berjejal menanti penumpang yang lewat tapi gak mau naik.

Aku kuatir karena jalan makin jauh kedalam makin sepi, untung ketemu plang tulisan hitam “Wisma Ratu” dengan dasar putih. Disana telah ada satu rombongan perusahaan FICO yang dihibur 2 artis dangdut dengan goyangnya yang mengundang minat lelaki.

Check in beres, aku berdua ke lantai 2 diantar mamang panggul tas kekamar yang dituju. Kaget juga, kamarnya agak aneh, ada 1 bed double dan 1 bed tingkat disebelahnya. Tapi dasar disainnya gak pake konsultan kalau kita duduk dibed tingkat pala mentok dipapan atasnya, ada stop kontak tinggi dibawah dinding langit-langit. Kupikir untuk colokan gendoruwo kali yang dengkulnya setinggi pala orang. Petunjuk arah kiblatnya ada didinding, yakin yang masang ilmu ukur ruangnya dapet nilai merah, jadi gak ngerti sumbu x, y, z sebagai patokan arah 3 dimensi.

Segalanya kulupakan karena tempat tidurnya empuk dan pala agak penat minta istirahat. Buku otobiografi Ibnu Arabi yang sedang dibaca kututup, tokoh ini kukagumi karena pencapaian spiritualnya yang tinggi diantara para wali Allah lainnya.

Kantukku sampai keujung dan akhirnya aku tertidur. Memang malam itu batinku tidak begitu tenang serasa ada yang membisikan sesuatu agar aku waspada. Setelah Bowo mematikan lampu, kamar gelap aku tidak tidur lelap, seling beberapa jam terbangun dan terus terbangun …… serasa dari sebelahku ada yang mengusik tapi aku tidak tahu siapa !

Disinilah dimulai sesuatu yang tidak kuharapkan terjadi …….………………

Aku merasa ada salah satu ruangan barak latihan tentara, posisiku terjepit diantara 2 tentara yang sedang diberi pengarahan instruktur. Baju mereka berseragam seperti opsir tentara penjajah, anehnya diruangan yang remang remang aku bisa membaca jelas ke papan tulis putih didepan. Aku tidak mengerti bahasa mereka tetapi secara batin aku bisa menangkap tumpahan rasa kekecewaan dan penyesalan.

Wisma Ratu yang kuingat indah dalam tidurku semuanya adalah barak tentara dan tempat penjara pribumi yang kumuh. Ingatanku tersedot dalam masa silam darurat perang dan jam malam. Entah mengapa aku diinterogasi instruktur dalam jepitan 2 tentara. Dalam bahasa galau yang tidak jelas aku menjawab sekenanya. Tambah kencang jawabanku tambah dia menjadi marah, sampai puncaknya batinku menjadi sesak disela sebutan nama-nama suci Ilahi………., kuteguhkan iman sejati…….., kukuatkan jiwaku melayang diatas tubuhku yang bersatu kembali. Tak kuasa menahan panasnya hatiku, opsir Belanda undur menjauh dari arahku……, kecil dan mengecil …… aku sadar ! ….. aku sadar sekarang !. Langsung kuteriakan nama sohibku : “ Bowo, disini ada hantu ! “. Kutenangkan jiwaku dan kusebut sekali lagi asma Nya menghangatkan ingatanku. Astagfirullah …………

Dalam kesadaran penuh hatiku merasa iba, para penyembah nafsu terperangkap di alam rendah yang masih sangat dekat dengan alam kita. Mereka menghantu karena lekat dengan keduniawian yang sulit ditinggalkannya, dalam keliaran energi negative mereka menjadi pengganggu manusia.

Semoga saja dengan bertambahnya usia, kita sedikit demi sedikit dapat mengurangi kecintaan kepada dunia yang berlebihan. Pada akhir hayat, sukma ini menjadi mudah naik ke alam yang lebih tinggi dimana nikmat surgawi berada.

Sekedar berbagi

Wassalam,

Danny Kuswara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar