Rabu, 23 Desember 2009

first cut in the deepest

perpisahan yang aneh..

ketika cokelat itu tengah dibungkus rapi oleh perak dan ice cream itu dilapisi oleh lelehan perunggu hingga dengan sanggupnya mengenyahkan kepiluan saya dan mengirimkan pesanan untuk mengkristalkan riak air mata saya yang sudah siap meleleh sebelumnya..

malam ini sudah lewat jam ngantuk, sampai-sampai saya ingin menunggu sang surya terbit dengan senyumnya.. menampakkan segala sinarnya yang membuat saya terkadang sedikit membisu ketika melihatnya.. berpikir untuk memoles kertas putih dalam hari saya yang akan ditempuh.. berpikir ada tragedi apa lagi.. gulungan prahara apalagi benak saya betanya dengan embel-embel tanda tanya agung tentunya

saya tak tahu apa yang terjadi dengan perasaan saya.. bercampur menjadi satu layaknya bumbu rahasia yang selalu di publikasikan oleh makanan-makanan cepat saji di teve.. gembar-gembor berlebihan padahal secara realistis sangat sederhana.. sesederhana perasaan yang saya pahami sekarang ini.. dia

pixel-pixel pemberiannya itu menarik tiap ujung bibir saya untuk tertawa.. mengangkat bibir saya sedikit lebih tinggi.. sambil mengeluarkan opini layaknya kicauan burung yang tak mempedulikan apapun dan tak dipedulikan siapa pun.. terbahak tak berdosa.. dan tak ingin diganggu.. menikmati keindahannya...

bunga itu berjalan mendekati saya, membawa dalam pojokan ingatan jutaan milyar detik yang lalu.. bunga itu membawa saya dalam debu sinar yang mengajak saya berlari dalam kejutan yang tak akan pernah saya dapat dari siapa pun.. seberharga itukah ? saya juga tak tahu jawabnya..

seketika gelombang suara itu.. lantunan suara itu mebuat saya tersentak.. tersadar.. bahwa ada benda asing yang mengalir melewati kulit wajah saya..

ya.. ternyata ia menangis juga..
ia adalah saya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar